I. HIPERTENSI ESENSIAL (PRIMER)
A. Definisi.
Penyakit darah tinggi
atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic
(bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya Nilai normal tekanan darah
seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan
kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan
darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum,
angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu
beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang
mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita
kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah
tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras,
akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum
terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).
Hipertensi adalah
peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan
Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih
dari 90 MmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih
dari 90 mmHg.
Hipertensi Esensial
adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat
dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola
makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
B. Diagnosis
Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya
melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah
pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung
mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan
menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Sebetulnya batas antara
tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga
klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang
mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam
guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG
dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai
normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18
tahun
Gejala-gejala
hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput
bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
C. Penyebab.
Penyebabnya tidak
diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
Penggunaan obat-obatan
seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk
beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi
nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi
Diketahui 9 dari 10
orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab
penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent
killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah
terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ
seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi
kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para
penderitanya.
Hipertensi sebenarnya
dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua
terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah
lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita
Hipertensi.
Hipertensi selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga
berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para
penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas
hidup.
Berdasarkan faktor
akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa
terjadi melalui beberapa cara:
- Jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
- Terjadi penebalan dan kekakuan pada
dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan.
- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi
bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika
aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak
cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil.
Berdasarkan faktor
pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan
riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan
pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi
juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat
dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas
saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan,
kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa
faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian
hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
D. Pencegahan
Hipertensi dapat
dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup.
Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya
belum diketahui pasti.
E. Penatalaksanaan
Hipertensi
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan
pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging,
aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Pengobatan non obat
(non farmakologis) Dan Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
ü Pengobatan non obat (non
farmakologis)
Pengobatan non farmakologis
kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis
menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada
keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis
dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih
baik.
1) Diet
Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
·
Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap
penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan
garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet
sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan
garam diatas meja makan
- Pilih jumlah
kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi
daging dan keju
- Hindari cemilan yang
asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya
memiliki kandungan sodium
·
Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4
gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak
didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang
mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi
antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu
parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain
itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu
penurunan tekanan darah (hipertensi).
2) Ciptakan
keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi
seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
3) Melakukan
olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
4) Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
ü Pengobatan
dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan
antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
·
Diuretik
Obat-obatan jenis
diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga
volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
Contoh obatannya adalah
Hidroklorotiazid.
·
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini
bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
·
Betabloker
Mekanisme kerja
anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
·
Vasodilator
Obat golongan ini
bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh
darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit
kepala dan pusing.
·
Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat
golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah
: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
·
Antagonis kalsium
Golongan obat ini
menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem
dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing,
sakit kepala dan muntah.
·
Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini
adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah
: sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan
kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi,
maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
IBU
HAMIL HIPERTENSI ESENSIAL
I.
PENGUMPULAN
DATA
Hari
& Tanggal pengkajian: 20 -10 - 2010 Jam : 11.00 WIB
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama
ibu : Ny. “R” Nama
suami : Tn. “J”
Umur :
25 tahun Umur : 30 tahun
Agama :
Islam Agama :
Islam
Suku/bangsa : Betawi/Indonesia Suku/bangsa : Betawi/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S I
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Damai No 20 Alamat : Jln. Damai No 20
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan
kehamilan yang pertama dengan riwayat penyakit hipertensi dengan keluhan yang
dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada
daerah fretal
- Nyeri ulu hati
/epigastrium
- Gangguan penglihatan
(penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
3.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu datang ke klinik bersalin tanggal 20
oktober 2010 jam 11.00 WIB untuk memeriksakan kehamilan yang pertama,
4.
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah ada menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tetapi ibu menderita penyakit menurun
yakni hipertensi
5.
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tetapi ada yang
menderita penyakit menurun yaknin Hipertensi
- Riwayat obstetri
a.
Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Teratur/tidak
: Teratur
Siklus
: ± 28 hari
Lamanya
: 6 hari
Banyaknya :
Hari 1 – 3 ganti pembalut 3 x/hari
Hari
4 – 6 ganti pembalut 2 x/hari
Warna
: Merah
Bau
: Anyir
Konsistensi :
Encer
Fluor albus :
Ada fluor albus, selama kurang lebih 4 hari sebelum menstruasi dan sesudah
menstruasi selama kurang lebih 3 hari, warna putih, tidak berbau dan tidak
gatal.
b.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu
Kawin
ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
||||||||||
Ke
|
UK
|
Peny
|
Penl
|
Tmpt
|
JP
|
Peny
|
BBL
|
TBL
|
Umur
|
L/P
|
ASI
|
Pnlg
|
|
I
|
I
|
H A M I L
I N I
|
c.
Riwayat kehamilan sekarang
·
Hamil ke : 1
·
HPHT
: 06 – 09 – 2009
·
HPL
: 13 – 01 – 2010
·
UK
: 41 minggu 1 hari
·
ANC
-
TM
I : 2x di bidan jombang dengan keluhan mual muntah
Terapi : Fe 1x1 300 mg, Bc 3x1 mg, kalk 2x1 500 mg
(diminum habis)
-
TM
II : 2x di bidan jombang, tidak ada keluhan
Terapi
: Fe 1x1 300 mg, kalk 2x1 500 mg,Vit. C 50 mg ( diminum habis )
-
TM
III : 1x di puskesmas ploso , untuk USG karena belum lahir
Terapi : Vit.C 50 mg, Bc 3x1 mg, kalk 2x1 500 mg ( belum
diminum )
·
Imunisasi TT
TT
1 : CPW ( 08-12-2007 )
TT 2 : Saat ANC pertama kali ( UK 1 bulan )
( 08-03-2009 )
TT
3 : UK 7 bulan ( 08-07-2010 )
·
Penyuluhan didapat selama hamil
TM
I : Gizi seimbang, istirahat cukup, tanda bahaya kehamilan TM I.
TM II : Tanda bahaya kehamilam TM II, personal hygiene,
kontrol kehamilan.
TM
III : Tanda bahaya kehamilan TM III, perawatan payudara, gizi seimbang.
·
Pergerakan
anak yang pertama kali (Quickening)
Saat usia kehamilan 4 bulan.
d.
Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, kuretase dan tidak
pernah menderita tumor, kanker, maupun penyakit lainnya yang berhubungan dengan
alat kandungan.
e.
Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun dan
untuk selanjutnya ibu berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.
- Keadaan
psikososial
Ibu
mengatakan senang dan bahagia atas kehamilan anak yang selama ini diinginkan,
hubungan ibu dengan suami, keluarga maupun tetangga baik, ibu ingin ditolong
bidan puskesmas saat persalinan nantinya.
- Keadaan sosial
budaya
Ibu
mengatakan telah mengadakan selamatan pada usia kehamilan 3 dan 7 bulanan,
tidak pernah tarak makanan, tidak pernah memijat kandungan dan minum
jamu-jamuan.
- Pola kebiasaan
sehari-hari
1. Pola
nutrisi
·
Sebelum hamil
Makan : 3x/hari ( porsi sedang, nasi 1
piring, sayur 1/3 mangkuk, lauk tahu/tempe/ikan/daging 1 potong )
Minum :
±4-5 gelas/hari ( air putih, kadang-kadang ditambah 1 gelas teh manis)
·
Saat hamil
Makan : 3x/hari (porsi sedang, nasi 1
piring, sayur ½ mangkuk, lauk tahu/tempe/ikan/daging 1-2 potong, ditambah buah)
Minum : ±6-7 gelas/hari (air putih,
ditambah teh terkadang susu 1 gelas)
2. Pola
aktifitas
·
Sebelum hamil :
Ibu
mengatakan semua pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri seperti menyapu,
mencuci, mengepel dan memasak.
·
Saat hamil
Ibu
tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mencuci dan
mengepel dibantu oleh suami dan keluarganya.
3. Pola
istirahat
·
Sebelum hamil
Siang : 13.00 – 14.00 WIB ( 1 jam, nyenyak,
teratur )
Malam : 21.00 –
04.00 WIB ( 7 jam, nyenyak, teratur )
·
Saat hamil
Siang : 12.00 – 14.00 WIB ( 2 jam, nyenyak,
teratur)
Malam : 21.30 – 04.30 WIB ( 7 jam, sering terbangun
karena sering BAK ±6x/hari)
4. Pola
eliminasi
·
Sebelum hamil
BAK : 4 – 5
x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB : 1
x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
·
Saat hamil
BAK : 7 - 8
x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB : 1
x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
5. Pola
personal hygiene
·
Sebelum hamil
Mandi
2 x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam 2
x/hari, memotong kuku bila panjang.
·
Saat hamil
Mandi
2–3 x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam
2–3 x/hari, memotong kuku bila panjang.
6. Pola
seksualitas
·
Sebelum hamil
Ibu
mengatakan melakukan hubungan seksual 2 – 3x/minggu, tidak ada keluhan apapun.
·
Saat hamil
Ibu
mengatakan melakukan hubungan seksual selama:
TM I : 2x/minggu, tidak ada keluhan
TM II : 1x/minggu, tidak ada keluhan
TM III : 1x/minggu, tidak ada keluhan
B.
Data
Subyektif
1. Pemeriksaan
umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Postur tubuh : Lordosis
Cara berjalan : Tegak
TB :
148 cm
BB saat hamil : 47,5 kg
BB sebelum hamil : 39 kg
Kenaikan BB : 8,5 kg
LILA :
24 cm
2. Tanda-tanda
vital
-
Tekanan darah 130/90 mmHg
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
Data Penunjang
Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
a. Pemeriksaan
fisik
a) Inspeksi
Kepala :
Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, tidak ada lesi.
Muka : Bersih, pucat, tidak ada
warna kuning, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Simetris, konjungtiva merah
muda, sklera putih, tidak ada sekret, tidak strabismus.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret,
tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut&gigi
: Mukosa bibir lembab, tidak
stomatitis, tidak labiosckizis dan palatoskizis, lidah bersih, tidak
epulis.tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu,
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada
serumen, tidak OMP.
Leher : Bersih, tidak ada lesi, tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Mammae : Simetris, bersih, hyperpigmentasi
areola&papilla mammae, papilla mammae menonjol, payudara membesar.
Axilla : Simetris, bersih, tidak ada
lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : Bersih, membesar sesuai usia
kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC, terdapat linea nigrae, terdapat
striae lividae.
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang.
Genetalia : Bersih, tidak ada condiloma
akuminata, tidak ada condiloma talata, tidak ada varises, tidak terdapat
pengeluaran pervaginam.
Anus : Tidak dilakukan.
Ekstremitas
atas : Simetris, tidak ada
oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah
jari.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak
ada varices, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah jari.
- Palpasi
Kepala :
Tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, rambut tidak rontok.
Mata :
Tidak oedem palpebra.
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Axilla :
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe tidak nyeri tekan.
Mammae :
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, colostrums belum keluar.
Abdomen :
Leopold I :
TFU 3 jari di bawah px (32 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong).
Leopold II :
Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan (PuKi), bagian kanan teraba
bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III :
Bagian terendah janin teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala sudah masuk
PAP).
Leopold
IV : Bagian terbawah janin teraba 4/5
bagian (convergen ).
TBJ :(MD-11)x155= (32–11)x155 = 3255 gram.
Genetalia :
Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas atas :
Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas bawah :
Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.
- Auskultasi
Dada :
Tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen :
DJJ Å (11–12–13) x 4 = 144 x/menit, punctum maximum di perut
ibu sebelah kiri di bawah pusat, keras dan teratur.
- Perkusi
Abdomen
: Tidak ada meteorismus
5. Pemeriksaan
penunjang
Hasil USG : Janin
tunggal, Hidup, Letak Kepala, Jenis Kelamin : perempuan, sesuai dengan usia
kehamilan : 37 minggu, cairan amnion : cukup, plasenta di corp.anterior, grade
III .
2. Identifikasi
Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa :
Ny. “W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala,
intra uterin, KU ibu dan janin hidup dengan eklampsia
DS :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya yang pertama dengan usia
kehamilan 9 bulan. Ibu mengatakan:
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
DO :
-Tekanan
darah 160/100 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
A. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
·
Muka
: Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak ikterus.
·
Mammae
: Simetris, ada hyperpigmentasi areola mammae, papila mammae menonjol, payudara
membesar.
·
Abdomen
: Bersih, membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC,
terdapat linea nigrae, terdapat striae lividae.
- Palpasi
·
Mammae : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
colostrums
·
Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah px (32 cm), bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
TBJ : (MD-11)x155= (32–11)x155 = 3255 gram.
Mc. Donald : ( TFU : 3,5 ) = 32 : 3,5 = 9 bulan 1 minggu
Sumber : Sinopsis obstetri, Prof.Dr.Rustam
Leopold II : Bagian kiri teraba keras, panjang seperti
papan (PUKI), bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras,
tidak melenting (kepala), kepala sudah masuk PAP.
Leopold
IV : Bagian terbawah janin teraba 4/5
bagian (convergen).
Genetalia :
Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene.
- Auskultasi
Abdomen
: DJJ Å
(12+12+13) x 4 = 148 x/menit, punctum maximum di perut ibu sebelah kiri di
bawah pusat, terdengar keras dan teratur
lll.
Identifikasi diagnosa dan Antisipasi Masalah Potensial
a.
Data Subjektif
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
b. Data Objektif
- Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
c. Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
II.
Identifikasi Diagnosa, Masalah dan
Kebutuhan
Diagnosa :
Ny. “W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala,
intra uterin, KU ibu dan janin hidup dengan hipertensi essensial
DS :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang pertama dengan riwayat
penyakit hipertensi dengan keluhan yang dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
DO :
-Tekanan
darah 130/90 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
B. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
·
Muka
: Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak ikterus.
·
Mammae
: Simetris, ada hyperpigmentasi areola mammae, papila mammae menonjol, payudara
membesar.
·
Abdomen
: Bersih, membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC,
terdapat linea nigrae, terdapat striae lividae.
- Palpasi
·
Mammae : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
colostrums
·
Abdomen : TFU 15cm dari simfisis dengan usia
kehamilan 12 minggu
lll.
Identifikasi diagnosa dan Antisipasi Masalah Potensial
a.
Data Subjektif
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
b. Data Objektif
- Tekanan darah 130/90 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
c. Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih
lV.Identifikasi
Kebutuhan Segera
Menganjurkan ibu untuk
·
Mengatur pola makan yang baik dan Diet
Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
b. Kandungan
garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah
tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada
beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan
garam diatas meja makan
- Pilih jumlah
kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi
daging dan keju
- Hindari cemilan yang
asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya
memiliki kandungan sodium
c. Kandungan
Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4
gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak
didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang
mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi
antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu
parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain
itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu
penurunan tekanan darah (hipertensi).
d. Ciptakan
keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi
seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
e. Melakukan
olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
f. Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
V. Perencanaan
·
Memberikan obat hipertensi
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat
Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian
obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat
ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat
pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah).Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis
kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat
Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang
teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka
kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
·
pemberian antibiotika Untuk mencegah
infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain
1,2-2,4 juta satuan
·
Penanganan obstetric Setelah pengobatan
pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann
janin, keadaan serviks dan sebagainya
·
Mengatur pola makan yang baik dan Diet
Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
·
cegah terjadinya koma dan trauma
·
upayakan secepatnya melahirkan anak
hidup dan selamat
·
lahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya
·
Pemasangan alat penekan lidah agar lidah
tidak menyumbat saluran pernafasan. Jangan paksakan membuka mulut.
·
Penjagaan agar ibu jangan sampai jatuh
atau terluka oleh benda-benda didekatnya.
·
Puasakan ibu selama tidak sadar. Jangan
berikan cairan atau obat apapun melalui mulutnya sampai ia benar-benar sadar..
·
Hindari rangsangan suara, cahaya atau gerakan
yang tidak perlu.
·
Cegah terjadinya trauma pada saat kejang.
Vl.
Pelaksanaan
·
Memberikan obat hipertensi
Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan
cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatannya adalah Hidroklorotiazid.
Penghambat
Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian
obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
Penghambat
ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat
pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah).Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis
kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
Penghambat
Reseptor Angiotensin II. Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi
penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala,
pusing, lemas dan mual.
·
Dengan pengobatan dan kontrol yang
teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka
kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
·
pemberian antibiotika Untuk mencegah
infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain
1,2-2,4 juta satuan
·
Penanganan obstetric Setelah pengobatan
pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann
janin, keadaan serviks dan sebagainya
Vll.
Evaluasi
Tanggal : 20 Oktober 2010 Jam : 11.00 WIB
Diagnosa : Ny. “R” GIP0 UK 41
minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intrauterin, KU ibu dan janin hidup
dengan hipertensi
·
Ibu
sudah mendapatkan pengobatan
·
Observasi penderita
·
pemberian antibiotika Untuk mencegah
infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain
1,2-2,4 juta satuan
·
Penanganan obstetric Setelah pengobatan
pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin,
keadaan serviks dan sebagainya
·
Mengatur pola makan yang baik dan Diet
Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
Pendokumentasian
SOAP
S : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang
pertama dengan riwayat penyakit hipertensi dengan keluhan yang dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
O : - Tekanan darah 130/90 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
A : - Ny.
“W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala,
intra uterin, KU ibu dan janin hidup
dengan hipertensi
-
Observasi penderita
P : - Memberikan
obat hipertensi seperti diuretiik
-
Memberikan antibiotika Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis
tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
-
Mengatur pola makan yang baik dan Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
-
Penanganan obstetric Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian
tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan
sebagainya
- Mencegah terjadinya trauma pada saat kejang.
II. HIPERTENSI PADA IBU HAMIL (PIH)
A. Definisi.
Hipertensi Secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita
penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem
hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di
atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan
dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi.
Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang
parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami
Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali
muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen
kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/
kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru
(cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah
di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan
janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio
plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran
prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih
merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu.
Hipertensi dalam kehamilan (HDK), adalah suatu keadaan yang
ditemukan sebagai komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Komplikasi hipertensi pada
kehamilan terjadi kira-kira 5-10% dari semua kehamilan dan merupakan penyebab
terpenting dari tingginya angka kematian pada ibu hamil termasuk abruptio
placenta, intravascular koagulation.(DIC), perdarahan cerebral, gangguan fungsi
hati dan ginjal akut, sedangkan pada janin akan mengakibatkan prematuritas,
gangguan pertumbuhan intra utrine, aspiksia, dan kematian bayi.
Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan
darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang
diukur paling kurang 6 jam pada saat yang berbeda. Dari beberapa hasil
penelitian restropektif tentang hipertensi pada wanita hamil menunjukkan bahwa
terapi anti hipertensi menurunkan insidens stroke dan komplikasi kardiovaskular
pada wanita hamil dengan tekanan darah diastolik diatas 100 mmHg. Sebagai
faktor predisposisi untuk timbulnya HDK adalah adanya riwayat keluarga, umur,
primigravida , multigravida, diabetes, penyakit ginjal,dan penyakit kolagen.
B. Patofisiologi
Selama kehamilan normal terdapat perubahan-perubahan dalam
sistem kardiovaskuler, renal dan endokrin. Perubahan ini akan berbeda dengan
respons patologi yang timbul pada HDK. Pada kehamilan trimester kedua akan
terjadi perubahan tekanan darah, yaitu penurunan tekanan sistolik rata-rata 5
mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg, yang selanjutnya meningkat kembali
dan mencapai tekanan darah normal pada usia kehamilan trimester ketiga. Selama
persalinan tekanan darah meningkat, hal ini terjadi karena respon terhadap rasa
sakit dan karena meningkatnya beban awal akibat ekspulsi darah pada kontraksi
uterus. Tekanan darah juga meningkat 4-5 hari post partum dengan peningkatan
rata-rata adalah sistolik 6 mmHg dan diastolik 4 mmHg.
Pada keadaan istirahat, curah jantung meningkat 40% dalam
kehamilan. Perubahan tersebut mulai terjadi pada kehamilan 8 minggu dan
mencapai puncak pada usia kehamilan 20-30 minggu. Tahanan perifer menurun pada
usia kehamilan trimester pertama. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
aktifitas sistem renin – angiotensin aldosteron dan juga sistem saraf simpatis.
Penurunan tahanan perifer total disebabkan oleh menurunnya
tonus otot polos pembuluh darah. Volume darah yang beredar juga meningkat 40% ,
peningkatan ini melebihi jumlah sel darah merah, sehingga hemoglobin dan
viskositas darah menurun. Terjadi penurunan tekanan osmotik plasma darah yang
menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler, sehingga timbul edema perifer
yang biasa timbul pada kehamilan normal.
Etiologi dan patogenesis HDK belum jelas, multifaktorial dan
dapat melibatkan berbagai sistem organ. Ada beberapa hipotesis yang diajukan
untuk menerangkan HDK antara lain : teori reaktifitas pembuluh darah,hipoperfusi
uteroplacenta,konsep imunologis dan disfungsi endotel. Pada reaktifitas
pembuluh darah, kontriksi pembuluh darah merupakan tahanan bagi aliran darah
dan menyebabkan hipertensi anterial.
Hipoperfusi uteroplacental, timbul karena adanya ketidak
seimbangan antara masa placenta dan aliran darah disertai kelainan
trophoblastik. Keadaan ini dapat terjadi bila masa plasenta relatif lebih besar
seperti pada kehamilan kembar dan mola hidatidosa atau pada keadaan-keadaan
dimana terdapat gangguan aliran darah pada uterus seperti diabetes dan
hipertensi. Pada multipara diduga karena masa placenta yang super normal tidak
seimbang dengan aliran darah.
Akhir-akhir ini patogenesis HDK dari aspek disfungsi endotel
telah banyak dibicarakan dari berbagai laporan penelitian. Disfungsi endotel
menyebabkan penurunan produksi Nitric Oxida (NO), yang merupakan vasodilator
poten dan menghambat agregasi platelet. Penurunan NO akan meningkatkan agregasi
platelet, pelepasan trombosan A2 dan serotonin. Serotonin menyebabkan
peningkatan permiabilitas vaskuler dan serotonin juga menyebabkan vasodilatasi
atau vasokonstriksi tergantung integritas sel endotel vaskular.
Dalam keadaan normal reseptor serotonin (S1) endotel spesifik
akan merespon serotonin dalam darah dengan akibat dilepaskannya prostasiklin
dan NO oleh sel endotel sehingga terjadi vasodilatasi. Sedangkan pada HDK yang
ditandai dengan menghilangnya reseptor S1 endotel dan meningkatnya serotonin
yang diproduksi oleh platelet 10 kali lebih tinggi dalam darah akan
mengakibatkan serotonin hanya dapat bereaksi dengan reseptor S2 di otot polos
vaskuler dan platelet yang menghasilkan vasokontriksi.
C. Penatalaksanaan Hipertensi Pada
Kehamilan
Secara umum tujuan tata laksana HDK dengan atau tanpa
proteinuria adalah sama, yaitu untuk melindungi ibu dari berbagai komplikasi
termasuk kardiovaskuler dan melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang
aman. Tata laksana ini meliputi pengelolaan secara umum dan khusus baik
konservatif maupun dengan terminasi kehamilan . Pembahasan tata laksana disini
akan lebih menekankan masalah tekanan darah, tentunya dengan mengetahui bahwa
meningkatnya tekanan darah bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapai pada
HDK.
1. Terapi Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila tekanan darah terkontrol (
sistolik < 140 mmHg, diastolik 90 mmHg, proteinuria < +2 ( 1 gr/hari),
trombosit > 100.000, keadaan janin baik (USG, Stress test). Faktor yang
sangat menentukan terapi konservatif adalah umur kehamilan. Jika HDK disertai
proteinuria berat dan kehamilan > 36 minggu maka terminasi kehamilan perlu
dilakukan. Apabila kehamilan < 36 minggu, maka dilakukan terapi konservatif
jika : tekanan darah stabil < 150mmHg dan diastolik < 95 mmHg,
proteinuria <+2, keadaan janin dan ketuban normal, trombosit > 100.000.
2. Terminasi Kehamilan
Bila selama terapi konservatif, ditemukan hal-hal dibawah ini
maka dilakukan terminasi kehamilan.
Dari Sudut Ibu:
Ø Sakit kepala hebat, gangguan
penglihatan
Ø Tekanan darah sistolik > 170 mmHg
dan atau diastolik > 110 mmHg
Ø Oliguria < 400 ml/ 24 jam
Ø Fungsi ginjal dan hepar memburuk
Ø Nyeri epigartium berat, mual, muntah
Ø Suspek abruptio placenta
Ø Edema paru dan sianosis
Ø Kejang dan tanda-tanda perdarahan
intracerebral pada eklampsia
Dari
Sudut Janin
Ø Pergerakan janin menurun
Ø Olygohidro amnion
3. Pengobatan Medikamentosa
Tujuan dalam menurunkan tekanan darah telah disepakati
dianggap optimal bila sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.Ada
beberapa konsensus kapan kita menggunakan obat anti hipertensi pada HDK antara
lain:
a. Segera
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan diastolik >
109 mmHg dengan gejala klinis.
b. Setelah observasi 1-2 jam
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan atau diastolik
> 109 mmHg tanpa gejala klinis.
c. Setelah observasi 24-48 jam
g. Bila tekanan darah sistolik > 139
mmHg dan atau diastolik > 89 mmHg sebelum kehamilan 28 minggu tanpa
proteinuria
h. Bila tekanan darah sistolik > 139
mmHg dan atau diatolik > 89 mmHg pada wanita hamil dengan gejala klinis,
proteinuria, disertai penyakit lain ( kardiovaskular, ginjal), Super imposed
hipertension
.
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
IBU
HAMIL HIPERTENSI (PIH)
I.
PENGUMPULAN
DATA
A.
IDENTITAS/BIODATA
Nama
Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. D
Umur : 40 tahun Umur :
45 tahun
Kebangsaan/Suku : Indonesia/Batak Kebangsaan/Suku : Indonesia/Batak
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan
: SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan :
wiraswasta
Alamat
Rumah : Gg. Rambutan Alamat
: Gg. Rambutan
B.
ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)
Pada tanggal 20-11-2009
Pukul 11.00 Wib
1.
Alasan kunjungan saat ini : Kunjungan Ulang
2.
Keluhan-keluhan :
Sering pusing, nyeri perut dan
kaki bengkak
3.
Riwayat menstruasi :
- Haid Pertama : 13
tahun
- Siklus : 30 hari
- Banyaknya : 3 x
ganti softex
- Lamanya : 7
hari
- Teratur/tidak :
Teratur
- Sifat Darah :
Merah, Encer dan tidak menggumpal
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas tahun lalu
Ibu
mengatakan hamil anak ke 4
5. Riwayat
Kehamilan Sekarang
a.
HPHT : 06-04-2009
b. TTP : 13-01-2010
c. Trimester I :
Tidak ANC
d. Trimester II : Tidak
ANC
e. Trimester II : 2x di
bidan
Keluhan : Ibu mengatakan pusing, dan nyeri
perut dan terdapat odem pada kaki
Terapi : obat anti hipertensi
6.
Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga tidak mempunyai
penyakit menular, dan penyakit keturunan serta penyakit yang memerlukan
perawatan khusus.
7.
Riwayat Psikososial
- Ibu
kurang senang dengan kehamilannya saat ini karena tidak diharapkan, bahkan
disembunyikan.
-Ibu berharap semoga dalam kehamilan dan
persalinannya nanti berjalan dengan normal tidak ada halangan sesuatu apapun
meski ibu menyadari ia kurang memperhatikan kehamilannya ini.
-Keluarga termasuk
dalam ekonomi lemah
8.
Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
- Sebelum hamil : makan 3x sehari dengan
porsi nasi, lauk, sayur dan buah serta ibu minum + 7-8 gelas / hari.
- Saat hamil : ibu mengatakan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan ini kurang nafsu makan dan merasa cepat kenyang.
b. Eliminasi
-
Sebelum hamil : BAB = 1x sehari BAK = + 3 - 4 x / hari
-
Saat hamil : BAB = 1x sehari BAK
= + 8 - 9 x / hari
c. Istirahat
-
Sebelum hamil : ibu tidur siang + 1 jam, tidur malam + 8 jam
- Saat hamil :
ibu mengatakan kurang bisa tidur dan sering terbangun pada malam hari karena
sering BAK.
d.Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi
2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas 2 hari sekali.
e. Aktivitas / Olah Raga
Ibu hanya mengerjakan aktivitasnya
sebagai ibu rumah tangga, ibu sering jalan-jalan pagi. Bila ibu bekerja terlalu
berat ibu merasa pegal-pegal pada pinggang dan punggung.
f.Sexualitas dan Kontrasepsi
Tidak ada keluhan, sebelum hamil ibu
belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
g.Data psikologis
Ibu dan suami merasa senang dengan
kehamilannya dan berharap semuanya berjalan dengan lancar.
C. PEMERIKSAAN
FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. Keadaan Umum