Rabu, 18 Januari 2012

KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER III


I.       HIPERTENSI ESENSIAL (PRIMER)
A.    Definisi.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 MmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi Esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

B.     Diagnosis
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun
Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

C.     Penyebab.
Penyebabnya tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi
Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke .Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita Hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita Hipertensi.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
- Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
- Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

D.    Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

E.     Penatalaksanaan Hipertensi
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Pengobatan non obat (non farmakologis) Dan Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

ü  Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
1)      Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
·         Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging dan keju
- Hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
·         Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
2)      Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
3)      Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
4)      Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
ü  Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
·         Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
·         Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
·         Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
·         Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
·         Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
·         Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
·         Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

























MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN  VARNEY
IBU HAMIL HIPERTENSI ESENSIAL

       I.            PENGUMPULAN DATA
Hari & Tanggal pengkajian: 20 -10 - 2010 Jam : 11.00 WIB
A.     Data Subyektif
1.      Biodata
Nama ibu         : Ny. “R”                                 Nama suami    : Tn. “J”
Umur               : 25 tahun                                Umur               : 30 tahun
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Suku/bangsa    : Betawi/Indonesia                  Suku/bangsa    : Betawi/Indonesia
Pendidikan      : SMA                                     Pendidikan      : S I    
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan         : Swasta
Alamat                        : Jln. Damai No 20                  Alamat                        : Jln. Damai No 20
2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang pertama dengan riwayat penyakit hipertensi dengan keluhan yang dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu datang ke klinik bersalin tanggal 20 oktober 2010 jam 11.00 WIB untuk memeriksakan kehamilan yang pertama,
4.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah ada menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tetapi ibu menderita penyakit menurun yakni hipertensi
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, tetapi ada yang menderita penyakit menurun yaknin Hipertensi

  1. Riwayat obstetri
a.       Riwayat menstruasi
Menarche        : 14 tahun
Teratur/tidak   : Teratur
Siklus              : ± 28 hari
Lamanya         : 6 hari
Banyaknya      : Hari 1 – 3 ganti pembalut 3 x/hari
  Hari 4 – 6 ganti pembalut 2 x/hari
Warna              : Merah
Bau                  : Anyir
Konsistensi      : Encer
Fluor albus      : Ada fluor albus, selama kurang lebih 4 hari sebelum menstruasi dan sesudah menstruasi selama kurang lebih 3 hari, warna putih, tidak berbau dan tidak gatal.
b.       Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kawin ke
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Ke
UK
Peny
Penl
Tmpt
JP
Peny
BBL
TBL
Umur
L/P
ASI
Pnlg
I
I
H A M I L
 I N I


c.       Riwayat kehamilan sekarang
·         Hamil ke     : 1
·         HPHT        : 06 – 09 – 2009
·         HPL          : 13 – 01 – 2010
·         UK                        : 41 minggu 1 hari
·         ANC
-          TM I : 2x di bidan jombang dengan keluhan mual muntah
Terapi : Fe 1x1 300 mg, Bc 3x1 mg, kalk 2x1 500 mg (diminum habis)
-          TM II : 2x di bidan jombang, tidak ada keluhan
Terapi : Fe 1x1 300 mg, kalk 2x1 500 mg,Vit. C 50 mg ( diminum habis )
-          TM III : 1x di puskesmas ploso , untuk USG karena belum lahir
Terapi : Vit.C 50 mg, Bc 3x1 mg, kalk 2x1 500 mg ( belum diminum )
·         Imunisasi TT
TT 1 : CPW ( 08-12-2007 )
TT 2 : Saat ANC pertama kali ( UK 1 bulan )
( 08-03-2009 )
TT 3 : UK 7 bulan ( 08-07-2010 )
·         Penyuluhan didapat selama hamil
TM I : Gizi seimbang, istirahat cukup, tanda bahaya kehamilan TM I.
TM II : Tanda bahaya kehamilam TM II, personal hygiene, kontrol kehamilan.
TM III : Tanda bahaya kehamilan TM III, perawatan payudara, gizi seimbang.
·         Pergerakan anak yang pertama kali (Quickening)
Saat usia kehamilan 4 bulan.

d.       Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah keguguran, kuretase dan tidak pernah menderita tumor, kanker, maupun penyakit lainnya yang berhubungan dengan alat kandungan.

e.        Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun dan untuk selanjutnya ibu berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.

  1. Keadaan psikososial
Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kehamilan anak yang selama ini diinginkan, hubungan ibu dengan suami, keluarga maupun tetangga baik, ibu ingin ditolong bidan puskesmas saat persalinan nantinya.

  1. Keadaan sosial budaya
Ibu mengatakan telah mengadakan selamatan pada usia kehamilan 3 dan 7 bulanan, tidak pernah tarak makanan, tidak pernah memijat kandungan dan minum jamu-jamuan.

  1. Pola kebiasaan sehari-hari
1.      Pola nutrisi
·         Sebelum hamil
Makan              : 3x/hari ( porsi sedang, nasi 1 piring, sayur 1/3 mangkuk, lauk tahu/tempe/ikan/daging 1 potong )
Minum              : ±4-5 gelas/hari ( air putih, kadang-kadang ditambah 1 gelas teh manis)
·         Saat hamil
Makan              : 3x/hari (porsi sedang, nasi 1 piring, sayur ½ mangkuk, lauk tahu/tempe/ikan/daging 1-2 potong, ditambah buah)
  Minum              : ±6-7 gelas/hari (air putih, ditambah teh terkadang susu 1 gelas)
2.      Pola aktifitas
·         Sebelum hamil :
Ibu mengatakan semua pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri seperti menyapu, mencuci, mengepel dan memasak.

·         Saat hamil
Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mencuci dan mengepel dibantu oleh suami dan keluarganya.
3.      Pola istirahat
·         Sebelum hamil
Siang    : 13.00 – 14.00 WIB ( 1 jam, nyenyak, teratur )
Malam  : 21.00 – 04.00 WIB ( 7 jam, nyenyak, teratur )
·         Saat hamil
Siang    : 12.00 – 14.00 WIB ( 2 jam, nyenyak, teratur)
Malam  : 21.30 – 04.30 WIB ( 7 jam, sering terbangun karena sering BAK ±6x/hari)

4.      Pola eliminasi
·         Sebelum hamil
BAK        : 4 – 5 x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB        : 1 x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan.
·         Saat hamil
BAK        : 7 - 8 x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
BAB        : 1 x/hari, berwarna kuning, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan.

5.      Pola personal hygiene
·         Sebelum hamil
Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam 2 x/hari, memotong kuku bila panjang.
·         Saat hamil
Mandi 2–3 x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti pakaian luar dan dalam 2–3 x/hari, memotong kuku bila panjang.

6.      Pola seksualitas
·         Sebelum hamil
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 – 3x/minggu, tidak ada keluhan apapun.
·         Saat hamil
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual selama:
TM I : 2x/minggu, tidak ada keluhan
TM II : 1x/minggu, tidak ada keluhan
TM III : 1x/minggu, tidak ada keluhan


B.     Data Subyektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum           : Baik
Kesadaran                   : Composmentis
Postur tubuh                : Lordosis
Cara berjalan               : Tegak
TB                               : 148 cm
BB saat hamil              : 47,5 kg
BB sebelum hamil       : 39 kg
Kenaikan BB              : 8,5 kg
LILA                           : 24 cm

2.      Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 130/90 mmHg
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
                         Data Penunjang
                         Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih

a.       Pemeriksaan fisik
a)      Inspeksi
Kepala                : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, tidak ada lesi.
Muka                  : Bersih, pucat, tidak ada warna kuning, tidak ada cloasma gravidarum.
Mata                   : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada sekret, tidak strabismus.
Hidung               : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut&gigi        : Mukosa bibir lembab, tidak stomatitis, tidak labiosckizis dan palatoskizis, lidah bersih, tidak epulis.tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu,
Telinga               : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak OMP.
Leher                  : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Mammae            : Simetris, bersih, hyperpigmentasi areola&papilla mammae, papilla mammae menonjol, payudara membesar.
Axilla                 : Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen           : Bersih, membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC, terdapat linea nigrae, terdapat striae lividae.
Punggung           : Tidak ada kelainan tulang belakang.
Genetalia            : Bersih, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada condiloma talata, tidak ada varises, tidak terdapat pengeluaran pervaginam.
Anus                   : Tidak dilakukan.
Ekstremitas atas             : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah jari.
Ekstremitas bawah         : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada kelainan gerak, tidak ada kelainan jumlah jari.
    1. Palpasi
Kepala               : Tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, rambut tidak rontok.
Mata                  : Tidak oedem palpebra.
Leher                 : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Axilla                 : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe tidak nyeri tekan.
Mammae            : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, colostrums belum keluar.
Abdomen :
Leopold I         : TFU 3 jari di bawah px (32 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
Leopold II       : Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan (PuKi), bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III     : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala sudah masuk PAP).
Leopold IV     : Bagian terbawah janin teraba 4/5 bagian (convergen ).
TBJ :(MD-11)x155= (32–11)x155 = 3255 gram.
Genetalia         : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas atas          : Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas bawah      : Tidak ada oedem, tidak nyeri tekan.           

    1. Auskultasi
Dada                : Tidak ada wheezing dan ronchi.
Abdomen         : DJJ Å (11–12–13) x 4 = 144 x/menit, punctum maximum di perut ibu sebelah kiri di bawah pusat, keras dan teratur.
    1. Perkusi
Abdomen         : Tidak ada meteorismus

5.      Pemeriksaan penunjang
Hasil USG : Janin tunggal, Hidup, Letak Kepala, Jenis Kelamin : perempuan, sesuai dengan usia kehamilan : 37 minggu, cairan amnion : cukup, plasenta di corp.anterior, grade III .

2.     Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa         : Ny. “W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, KU ibu dan janin hidup dengan eklampsia
DS                   : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya yang pertama dengan usia kehamilan 9 bulan. Ibu mengatakan:
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras

DO                  : -Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih

A.    Pemeriksaan fisik
  1. Inspeksi
·         Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak ikterus.
·         Mammae : Simetris, ada hyperpigmentasi areola mammae, papila mammae menonjol, payudara membesar.
·         Abdomen : Bersih, membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC, terdapat linea nigrae, terdapat striae lividae.
  1. Palpasi
·         Mammae   : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, colostrums
·         Abdomen  :
Leopold I     : TFU 3 jari di bawah px (32 cm), bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong).
TBJ : (MD-11)x155= (32–11)x155 = 3255 gram.
Mc. Donald : ( TFU : 3,5 ) = 32 : 3,5 = 9 bulan 1 minggu
Sumber : Sinopsis obstetri, Prof.Dr.Rustam
Leopold II : Bagian kiri teraba keras, panjang seperti papan (PUKI), bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala), kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terbawah janin teraba 4/5 bagian (convergen).
Genetalia      : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene.
  1. Auskultasi
Abdomen : DJJ Å (12+12+13) x 4 = 148 x/menit, punctum maximum di perut ibu sebelah kiri di bawah pusat, terdengar keras dan teratur


lll. Identifikasi diagnosa dan Antisipasi Masalah Potensial

a. Data Subjektif
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras

b. Data Objektif
- Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Kejang

c. Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih

    II.            Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa         : Ny. “W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin, KU ibu dan janin hidup dengan hipertensi essensial
DS                   : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang pertama dengan riwayat penyakit hipertensi dengan keluhan yang dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras

DO                  : -Tekanan darah 130/90 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
- Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih

B.     Pemeriksaan fisik
  1. Inspeksi
·         Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak ikterus.
·         Mammae : Simetris, ada hyperpigmentasi areola mammae, papila mammae menonjol, payudara membesar.
·         Abdomen : Bersih, membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi/SC, terdapat linea nigrae, terdapat striae lividae.
  1. Palpasi
·         Mammae   : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, colostrums
·         Abdomen  : TFU 15cm dari simfisis dengan usia kehamilan 12 minggu


lll. Identifikasi diagnosa dan Antisipasi Masalah Potensial

a. Data Subjektif
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras

b. Data Objektif
- Tekanan darah 130/90 mmHg atau lebih
- Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
- Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
- Oedema pada seluruh tubuh
- Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu

c. Data Penunjang
- Protein urin 1-5 gr/liter atau lebih

lV.Identifikasi Kebutuhan Segera
          Menganjurkan ibu untuk
·         Mengatur pola makan yang baik dan Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
b.      Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging dan keju
- Hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
c.       Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
d.      Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
e.       Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
f.       Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol


V. Perencanaan
·         Memberikan obat hipertensi
a.       Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b.      Penghambat Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c.       Betabloker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d.      Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
e.       Penghambat ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f.       Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g.      Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
·         pemberian antibiotika Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
·         Penanganan obstetric Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan sebagainya
·         Mengatur pola makan yang baik dan Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
·         cegah terjadinya koma dan trauma
·         upayakan secepatnya melahirkan anak hidup dan selamat
·          lahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya
·         Pemasangan alat penekan lidah agar lidah tidak menyumbat saluran pernafasan. Jangan paksakan membuka mulut.
·         Penjagaan agar ibu jangan sampai jatuh atau terluka oleh benda-benda didekatnya.
·         Puasakan ibu selama tidak sadar. Jangan berikan cairan atau obat apapun melalui mulutnya sampai ia benar-benar sadar..
·          Hindari rangsangan suara, cahaya atau gerakan yang tidak perlu.
·          Cegah terjadinya trauma pada saat kejang.

Vl. Pelaksanaan
·         Memberikan obat hipertensi
Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
Penghambat Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
Betabloker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
Penghambat ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
Penghambat Reseptor Angiotensin II. Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
·         Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
·         pemberian antibiotika Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
·         Penanganan obstetric Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan sebagainya
Vll. Evaluasi
Tanggal : 20 Oktober 2010 Jam : 11.00 WIB
Diagnosa : Ny. “R” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intrauterin, KU ibu dan janin hidup dengan hipertensi
·         Ibu sudah mendapatkan pengobatan
·         Observasi penderita
·         pemberian antibiotika Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
·         Penanganan obstetric Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan sebagainya
·         Mengatur pola makan yang baik dan Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)









Pendokumentasian SOAP

S           : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan yang pertama dengan riwayat penyakit hipertensi dengan keluhan yang dirasakan
- Pusing
- Sakit kepala pada daerah fretal
- Nyeri ulu hati /epigastrium
- Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, lingkungan berwarna-warni)
- Mual keras


O             : - Tekanan darah 130/90 mmHg atau lebih
  - Kencing kurang dari 500 cc/24 jam
  - Ada gangguan ceribra (pusing, mual, nyeri epigastrium)
  - Oedema pada seluruh tubuh
  - Kenaikan berat badan 1-3 kg dalam 2 minggu
  - Kejang

A                    : - Ny. “W” GIP0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, letak kepala, intra uterin,  KU ibu dan janin hidup dengan hipertensi
                           - Observasi penderita

P             : - Memberikan obat hipertensi seperti diuretiik
- Memberikan antibiotika Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
- Mengatur pola makan yang baik dan Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
- Penanganan obstetric Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan sebagainya
-  Mencegah terjadinya trauma pada saat kejang.



II.    HIPERTENSI PADA IBU HAMIL (PIH)

A.      Definisi.
Hipertensi Secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan  dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen  kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu.
Hipertensi dalam kehamilan (HDK), adalah suatu keadaan yang ditemukan sebagai komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Komplikasi hipertensi pada kehamilan terjadi kira-kira 5-10% dari semua kehamilan dan merupakan penyebab terpenting dari tingginya angka kematian pada ibu hamil termasuk abruptio placenta, intravascular koagulation.(DIC), perdarahan cerebral, gangguan fungsi hati dan ginjal akut, sedangkan pada janin akan mengakibatkan prematuritas, gangguan pertumbuhan intra utrine, aspiksia, dan kematian bayi.
Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang diukur paling kurang 6 jam pada saat yang berbeda. Dari beberapa hasil penelitian restropektif tentang hipertensi pada wanita hamil menunjukkan bahwa terapi anti hipertensi menurunkan insidens stroke dan komplikasi kardiovaskular pada wanita hamil dengan tekanan darah diastolik diatas 100 mmHg. Sebagai faktor predisposisi untuk timbulnya HDK adalah adanya riwayat keluarga, umur, primigravida , multigravida, diabetes, penyakit ginjal,dan penyakit kolagen.


B.     Patofisiologi
Selama kehamilan normal terdapat perubahan-perubahan dalam sistem kardiovaskuler, renal dan endokrin. Perubahan ini akan berbeda dengan respons patologi yang timbul pada HDK. Pada kehamilan trimester kedua akan terjadi perubahan tekanan darah, yaitu penurunan tekanan sistolik rata-rata 5 mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg, yang selanjutnya meningkat kembali dan mencapai tekanan darah normal pada usia kehamilan trimester ketiga. Selama persalinan tekanan darah meningkat, hal ini terjadi karena respon terhadap rasa sakit dan karena meningkatnya beban awal akibat ekspulsi darah pada kontraksi uterus. Tekanan darah juga meningkat 4-5 hari post partum dengan peningkatan rata-rata adalah sistolik 6 mmHg dan diastolik 4 mmHg.
Pada keadaan istirahat, curah jantung meningkat 40% dalam kehamilan. Perubahan tersebut mulai terjadi pada kehamilan 8 minggu dan mencapai puncak pada usia kehamilan 20-30 minggu. Tahanan perifer menurun pada usia kehamilan trimester pertama. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sistem renin – angiotensin aldosteron dan juga sistem saraf simpatis.
Penurunan tahanan perifer total disebabkan oleh menurunnya tonus otot polos pembuluh darah. Volume darah yang beredar juga meningkat 40% , peningkatan ini melebihi jumlah sel darah merah, sehingga hemoglobin dan viskositas darah menurun. Terjadi penurunan tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler, sehingga timbul edema perifer yang biasa timbul pada kehamilan normal.
Etiologi dan patogenesis HDK belum jelas, multifaktorial dan dapat melibatkan berbagai sistem organ. Ada beberapa hipotesis yang diajukan untuk menerangkan HDK antara lain : teori reaktifitas pembuluh darah,hipoperfusi uteroplacenta,konsep imunologis dan disfungsi endotel. Pada reaktifitas pembuluh darah, kontriksi pembuluh darah merupakan tahanan bagi aliran darah dan menyebabkan hipertensi anterial.
Hipoperfusi uteroplacental, timbul karena adanya ketidak seimbangan antara masa placenta dan aliran darah disertai kelainan trophoblastik. Keadaan ini dapat terjadi bila masa plasenta relatif lebih besar seperti pada kehamilan kembar dan mola hidatidosa atau pada keadaan-keadaan dimana terdapat gangguan aliran darah pada uterus seperti diabetes dan hipertensi. Pada multipara diduga karena masa placenta yang super normal tidak seimbang dengan aliran darah.
Akhir-akhir ini patogenesis HDK dari aspek disfungsi endotel telah banyak dibicarakan dari berbagai laporan penelitian. Disfungsi endotel menyebabkan penurunan produksi Nitric Oxida (NO), yang merupakan vasodilator poten dan menghambat agregasi platelet. Penurunan NO akan meningkatkan agregasi platelet, pelepasan trombosan A2 dan serotonin. Serotonin menyebabkan peningkatan permiabilitas vaskuler dan serotonin juga menyebabkan vasodilatasi atau vasokonstriksi tergantung integritas sel endotel vaskular.
Dalam keadaan normal reseptor serotonin (S1) endotel spesifik akan merespon serotonin dalam darah dengan akibat dilepaskannya prostasiklin dan NO oleh sel endotel sehingga terjadi vasodilatasi. Sedangkan pada HDK yang ditandai dengan menghilangnya reseptor S1 endotel dan meningkatnya serotonin yang diproduksi oleh platelet 10 kali lebih tinggi dalam darah akan mengakibatkan serotonin hanya dapat bereaksi dengan reseptor S2 di otot polos vaskuler dan platelet yang menghasilkan vasokontriksi.

C.     Penatalaksanaan Hipertensi Pada Kehamilan
Secara umum tujuan tata laksana HDK dengan atau tanpa proteinuria adalah sama, yaitu untuk melindungi ibu dari berbagai komplikasi termasuk kardiovaskuler dan melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang aman. Tata laksana ini meliputi pengelolaan secara umum dan khusus baik konservatif maupun dengan terminasi kehamilan . Pembahasan tata laksana disini akan lebih menekankan masalah tekanan darah, tentunya dengan mengetahui bahwa meningkatnya tekanan darah bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapai pada HDK.
1.      Terapi Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila tekanan darah terkontrol ( sistolik < 140 mmHg, diastolik 90 mmHg, proteinuria < +2 ( 1 gr/hari), trombosit > 100.000, keadaan janin baik (USG, Stress test). Faktor yang sangat menentukan terapi konservatif adalah umur kehamilan. Jika HDK disertai proteinuria berat dan kehamilan > 36 minggu maka terminasi kehamilan perlu dilakukan. Apabila kehamilan < 36 minggu, maka dilakukan terapi konservatif jika : tekanan darah stabil < 150mmHg dan diastolik < 95 mmHg, proteinuria <+2, keadaan janin dan ketuban normal, trombosit > 100.000.
2.      Terminasi Kehamilan
Bila selama terapi konservatif, ditemukan hal-hal dibawah ini maka dilakukan terminasi kehamilan.
Dari Sudut Ibu:
Ø  Sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
Ø  Tekanan darah sistolik > 170 mmHg dan atau diastolik > 110 mmHg
Ø  Oliguria < 400 ml/ 24 jam
Ø  Fungsi ginjal dan hepar memburuk
Ø  Nyeri epigartium berat, mual, muntah
Ø  Suspek abruptio placenta
Ø  Edema paru dan sianosis
Ø  Kejang dan tanda-tanda perdarahan intracerebral pada eklampsia
Dari Sudut Janin
Ø  Pergerakan janin menurun
Ø  Olygohidro amnion
3.      Pengobatan Medikamentosa
Tujuan dalam menurunkan tekanan darah telah disepakati dianggap optimal bila sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.Ada beberapa konsensus kapan kita menggunakan obat anti hipertensi pada HDK antara lain:
a.      Segera
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan diastolik > 109 mmHg dengan gejala klinis.
b.      Setelah observasi 1-2 jam
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan atau diastolik > 109 mmHg tanpa gejala klinis.
c.       Setelah observasi 24-48 jam
g.      Bila tekanan darah sistolik > 139 mmHg dan atau diastolik > 89 mmHg sebelum kehamilan 28 minggu tanpa proteinuria
h.      Bila tekanan darah sistolik > 139 mmHg dan atau diatolik > 89 mmHg pada wanita hamil dengan gejala klinis, proteinuria, disertai penyakit lain ( kardiovaskular, ginjal), Super imposed hipertension
.























MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN  VARNEY
IBU HAMIL HIPERTENSI (PIH)

       I.            PENGUMPULAN DATA
A.    IDENTITAS/BIODATA
Nama Ibu               : Ny. M                             Nama Suami                : Tn. D
Umur                      : 40 tahun                         Umur                           : 45 tahun       
Kebangsaan/Suku   : Indonesia/Batak                        Kebangsaan/Suku       : Indonesia/Batak
Agama                     : Islam                             Agama                         : Islam
Pendidikan              : SMP                              Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                 : Ibu Rumah Tangga       Pekerjaan                     : wiraswasta
Alamat Rumah        : Gg. Rambutan              Alamat                        : Gg. Rambutan
 
B.     ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)
Pada tanggal  20-11-2009   Pukul 11.00 Wib
1.  Alasan kunjungan saat ini        :           Kunjungan Ulang
2.  Keluhan-keluhan                      :           Sering pusing, nyeri perut dan kaki bengkak 
3.  Riwayat menstruasi                  :
     - Haid Pertama             : 13 tahun
     - Siklus                         : 30 hari
     - Banyaknya                 : 3 x ganti softex
     - Lamanya                    : 7 hari
     - Teratur/tidak              : Teratur
     - Sifat Darah                : Merah, Encer dan tidak menggumpal
4.  Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas tahun lalu
      Ibu mengatakan hamil anak ke 4
5.   Riwayat Kehamilan Sekarang
      a. HPHT                      : 06-04-2009
      b. TTP                         : 13-01-2010
      c. Trimester I               : Tidak ANC
      d. Trimester II             : Tidak ANC
      e. Trimester II             : 2x di bidan
Keluhan           : Ibu mengatakan pusing, dan nyeri perut dan terdapat odem pada kaki
      Terapi  : obat anti hipertensi
6.  Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga tidak mempunyai penyakit menular, dan penyakit keturunan serta penyakit yang memerlukan perawatan khusus.
7.  Riwayat Psikososial
-           Ibu kurang senang dengan kehamilannya saat ini karena tidak diharapkan, bahkan disembunyikan.
-Ibu berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti berjalan dengan normal tidak ada halangan sesuatu apapun meski ibu menyadari ia kurang memperhatikan kehamilannya ini.
-Keluarga termasuk dalam ekonomi lemah

8.  Pola kebiasaan sehari-hari
     a.  Nutrisi
- Sebelum hamil : makan 3x sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah serta ibu minum + 7-8 gelas / hari.
- Saat hamil : ibu mengatakan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan ini kurang nafsu makan dan merasa cepat kenyang.
      b. Eliminasi
      - Sebelum hamil          : BAB = 1x sehari       BAK = + 3 - 4 x / hari
      - Saat hamil                 : BAB = 1x sehari       BAK = + 8 - 9 x / hari
      c. Istirahat
      - Sebelum hamil          :  ibu tidur siang + 1 jam, tidur malam +  8 jam
      - Saat hamil                 : ibu mengatakan kurang bisa tidur dan sering terbangun pada malam hari karena sering BAK.
      d.Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, keramas 2 hari sekali.
      e. Aktivitas / Olah Raga
Ibu hanya mengerjakan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu sering jalan-jalan pagi. Bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pegal-pegal pada pinggang dan punggung.
f.Sexualitas dan Kontrasepsi
Tidak ada keluhan, sebelum hamil ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
      g.Data psikologis
Ibu dan suami merasa senang dengan kehamilannya dan berharap semuanya berjalan dengan lancar.
C.  PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. Keadaan Umum